Sabtu, 30 Maret 2024
BUKA BERSAMA DAN BERBAGI TAKJIL DI YABI
Jumat, 29 Maret 2024
PENYESALAN MENDALAM ORANG YANG TIDAK MAU SEDEKAH
11 Penyesalan Manusia setelah Mati di Alam Kubur, Dari Minta Dijadikan Tanah hingga Lalai Bersedekah
Penyesalan selalu datang terlambat. Demikian ucapan yang kerap terdengar di masyarakat. Begitu pun penyesalan manusia setelah mati di alam kubur. Mereka meminta dispensasi kepada Tuhan berharap bisa kembali ke dunia untuk beriman dan menjalankan perintah-Nya serta beramal baik.
Setelah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalan yang bisa dilakukan dunia, kecuali anak sholeh yang mendoakan orang tuanya, ilmu bermanfaat dan amal jariyah.
Kehidupan yang diberikan Allah SWT kepada manusia selama masih berada di dunia ini ternyata merupakan anugerah terbesar yang jarang disyukuri. Karena itu, harus memanfaatkan selagi masih hidup dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta beramal baik sebagai bekal menuju keabadian agar tidak timbul penyesalan.
1 Wajib Dilakukan Muslim Penyesalan manusia yang sudah mati di alam kubur salah satunya disebutkan dalam Al Quran, Surat Al Munafiqun ayat 10.
Allah SWT berfirman:
وَاَنۡفِقُوۡا مِنۡ مَّا رَزَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ يَّاۡتِىَ اَحَدَكُمُ الۡمَوۡتُ فَيَقُوۡلَ رَبِّ لَوۡلَاۤ اَخَّرۡتَنِىۡۤ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيۡبٍۙ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنۡ مِّنَ الصّٰلِحِيۡ
Wa anfiquu mimmaa razaqnaakum min qabli ayya tiya ahadakumul mawtu fa yaquula rabbi law laaa akhkhartaniii ilaaa ajalin qariibin fa assaddaqa wa akum minassaalihiin
Artinya: "Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang shalih." Berikut 11 penyesalan manusia setelah mati di alam kubur:
1. Penyesalan Orang Tidak Beriman Orang yang tidak beriman ketika diazab dalam neraka sebagaimana disebutkan dalam AL Quran Surat Fathir ayat 37, mereka meminta agar dikembalikan ke dunia untuk mengerjakan amal perbuatan yang berlainan dengan yang telah mereka kerjakan di masa lalu. Namun, Allah Swt telah mengetahui bahwa seandainya mereka dikembalikan ke dunia lagi, pastilah mereka akan kembali mengerjakan apa yang dilarang bagi mereka melakukannya.
Sesungguhnya mereka benar-benar dusta dalam pengakuannya itu. Karena itu, Allah Swt. tidak memperkenankan permintaan mereka,
وَهُمْ يَصْطَرِخُوْنَ فِيْهَاۚ رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِيْ كُنَّا نَعْمَلُۗ اَوَلَمْ
نُعَمِّرْكُمْ مَّا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاۤءَكُمُ النَّذِيْرُۗ فَذُوْقُوْا فَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ نَّصِيْرٍ
Artinya: Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Rabb kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan." Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. (QS. Fathir ayat 37
2. Tidak Mau Mendengar Kebaikan Penyesalan manusia yang sudah mati di alam kubur berikutnya tidak mau mendengar nasihat kebaikan. Dalam Surat Al-Mulk ayat 8-10,
Allah berfirman:
تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِۗ كُلَّمَآ اُلْقِيَ فِيْهَا فَوْجٌ سَاَلَهُمْ خَزَنَتُهَآ اَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيْرٌۙ -
Artinya: Hampir meledak karena marah. Setiap kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalamnya, penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, “Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu (di dunia)?”
قَالُوْا بَلٰى قَدْ جَاۤءَنَا نَذِيْرٌ ەۙ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللّٰهُ مِنْ شَيْءٍۖ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ كَبِيْرٍ - ٩
Mereka menjawab, “Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, “Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya di dalam kesesatan yang besar.”
وَقَالُوْا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ اَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِيْٓ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِ - ١٠
Dan mereka berkata, “Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.” Pada ayat diatas dimaksudkan agar manusia lebih terbuka hatinya ketika ada seseorang yang menasehatinya dalam hal kebaikan. Terkadang sebagai manusia selalu menolak dalam hatinya ketika dinasehati seakan menganggap orang yang menasehati kita akan menjerumuskan ke dalam keburukan.
3. Mengingkari Hari Kiamat Penyesalan manusia yang sudah mati di alam kubur selanjutnya yakni tidak memercayai Hari Kiamat atau hari kebangkitan. Allah SWT berfirman dalam Surat Yasin ayat 52:
قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ
Mereka berkata:"Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" Inilah yang dijanjikan (Rabb) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya).
4. Tidak Bersedekah Penyesalan manusia yang sudah mati di alam kubur yakni tidak sempat bersedekah. Karena hal yang terus mengalir hingga di alam kubur yaitu amal jariyah yang pernah dilakukan semasa hidup. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pun pernah bersabda tentang penyesalan bagi orang yang lalai bersedekah.
َ حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى وَلَا تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلَانٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ
Telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah radliallahu anhu berkata,: "Seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahualaihiwasallam dan berkata,: "Wahai Rasulullah, shadaqah apakah yang paling besar pahalanya?". Beliau menjawab: "Kamu bershadaqah ketika kamu dalam keadaan sehat dan kikir, takut menjadi faqir dan berangan-angan jadi orang kaya. Maka janganlah kamu menunda-nundanya hingga tiba ketika nyawamu berada di tenggorakanmu. Lalu kamu berkata, si fulan begini (punya ini) dan si fulan begini. Padahal harta itu milik si fulan". (HR. Bukhari) [No. 1419 Fathul Bari] Shahih.
Dari hadits di atas mengajarkan bahwa Muslim sudah semestinya selalu bersedekah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya baik di kala lapang maupun sempit.
5. Tidak Mengerjakan Sholat Ketika Sehat atau Sakit Penyesalan manusia setelah mati di alam kubur berikutnya tidak mengerjakan sholat yang telah diwajibkannya sebanyak lima waktu sehari. Dalam Surat Al Baqarah ayat 43, Allah SWT berfirman:
وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرَّاكِعِيْنَ
Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku lah bersama orang-orang yang ruku. Bagi manusia yang menyia-nyiakan hidupnya apalagi masa mudanya maka pasti akan merasa merugi.
6. Memutus Silaturahmi Hal yang akan disesali manusia ketika sudah meninggal itu ketika orang tersebut tidak sempat memaafkan dan memutus tali silaturahmi kepada teman atau saudaranya, hal tersebut akan merugikan manusia itu sendiri ketika sudah di alam kubur. Rasulullah SAW bersabda:
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ أَخْبَرَنَا عُيَيْنَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جَوْشَنٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي بَكَرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا مِنْ ذَنْبٍ أَحْرَى أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ عُقُوبَتَهُ فِي الدُّنْيَا، مَعَ مَا يُدَّخَرُ لِصَاحِبِهِ فِي الْآخِرَةِ، مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Uyaynah ibnu Abdur Rahman ibnu Jusyan, dari ayahnya, dari Abu Bakrah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada suatu perbuatan dosa pun yang lebih layak untuk disegerakan oleh Allah hukumannya di dunia selain dari azab yang disediakan untuk pelakunya kelak di akhirat selain dari zina dan memutuskan hubungan kekeluargaan.
7. Penyesalan Orang Kafir Minta Jadi Tanah Penyesalan manusia setelah mati di alam kubur yakni tidak beriman kepada Allah. Seandainya saja mereka tidak dijadikan wujud manusia dan berupa tanah tentu mereka berpikir tidak akan ditimpa azab pedih. Dalam Surat An Naba ayat 40, Allah SWT berfirman
{وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا}
Artinya: Dan orang kafir berkata, "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah.” (An-Naba: 40)
Orang kafir di hari itu berkhayal seandainya dirinya sewaktu di dunia berupa tanah dan bukan makhluk serta tidak dikeluarkan ke alam wujud. Demikian itu terjadi ketika dia menyaksikan azab Allah terpampang di hadapannya dan ia melihat semua amal perbuatannya yang telah dicatat oleh para malaikat juru tulis amal perbuatan, yang semuanya mulia lagi bertakwa. Semua amal perbuatannya penuh dengan kerusakan dan dosa-dosa.
8. Tidak Pernah Mengajak Kebaikan Penyesalan manusia di alam kubur lainnya yakni tidak pernah mengajak kebaikan atau dakwah kepada manusia lain. Dakwah juga tidak selalu harus berdiri di depan podium, namun bisa dimulai dari lingkungan terdekat seperti keluarga dan seruan yang kita lakukan tidak melenceng dari aturan Allah SWT. Dakwah juga bisa diartikan sama dengan menolong agama Allah SWT, maka barangsiapa yang tidak pernah melakukannya akan menyesal ketika sudah tidak ada di dunia.
9. Suka Mengadu Domba Penyesalan bagi manusia yang sudah mati di alam kubur yakni semasa hidupnya suka mengadu domba dengan menyebarkan kabar bohong atau hoaks hingga memicu pertengkaran antarsesama. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Dari Ibnu `Abbas berkata, "Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam lewat di dekat dua kuburan, lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing, sementara yang satunya suka mengadu domba." Kemudian beliau mengambil sebatang dahan kurma yang masih basah, beliau lalu membelahnya menjadi dua bagian kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Para sahabat pun bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan ini?" beliau menjawab: "Semoga siksa keduanya diringankan selama batang pohon ini basah." (HR. Bukhari) [ No. 218 Fathul Bari] Shahih.
10. Penyesalan Orang Munafik Orang-orang munafik yang mengingkari Allah dan Rasul-Nya menjadi manusia yang menyesal ketika sudah mati di alam kubur nanti. Mereka awalnya beriman namun ingkar. Dalam Surat Ali Imran ayat 106, Allah SWT berfirman:
يَّوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَّتَسْوَدُّ وُجُوْهٌۚ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اسْوَدَّتْ وُجُوْهُهُمْۗ اَكَفَرْتُمْ بَعْدَ اِيْمَانِكُمْ فَذُوْقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ
Artinya: Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan):"Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". (Surat Ali Imran ayat 106).
11. Kencing Sembarangan Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga kebersihan salah satunya etika dalam membuang air kecil atau kencing. Orang yang kencing sembarangan dan tidak bersuci setelah membuang hajatnya akan mendapat siksa di alam kubur. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Dari Ibnu `Abbas berkata, "Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam lewat di dekat dua kuburan, lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing, sementara yang satunya suka mengadu domba." Kemudian beliau mengambil sebatang dahan kurma yang masih basah, beliau lalu membelahnya menjadi dua bagian kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Para sahabat pun bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan ini?" beliau menjawab: "Semoga siksa keduanya diringankan selama batang pohon ini basah." (HR. Bukhari) [ No. 218 Fathul Bari] Shahih.
Itulah 11 penyesalan manusia yang sudah mati di alam kubur, semoga bisa menjadi pengingat bagi yang masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Wallahu
faktayabitegalnews.com
Jumat, 22 Maret 2024
Peristiwa bersejarah yang terjadi pada bulan Ramadhan
Sabtu, 16 Maret 2024
BENARKAH BULAN PUASA RAMADHAN UNTUK SEMUA UMAT
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saya sering mendengar bahwa puasa tidak hanya diwajibkan kepada umat Rasulullah saw. saja. Umat-umat terdahulu pun sudah diwajibkan berpuasa. Saya penasaran bagaimana puasanya umat terdahulu? Apakah puasa mereka persis seperti kita sekarang? Kemudian benarkah puasa di masa sahabat tidak boleh makan malam dan berhubungan suami-istri?
(Ahmad Yunarto, Purwokerto)
Jawaban
Saudara Penanya yang budiman. Terima kasih atas pertanyaannya. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.
Benar sekali bahwa kewajiban puasa tidak hanya diwajibkan kepada umat Rasulullah saw. saja. Umat-umat terdahulu pun sudah diperintahkan berpuasa, sebagaimana bunyi penghujung ayat perintah puasa, “sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu,” (QS. al-Baqarah [2]: 183).
Menurut para ulama tafsir, puasa mereka seperti yang disunahkan Rasulullah saw. kepada umatnya, seperti puasa Asyura, puasa Ayyamul-Bidh, dan puasa Dawud.
Bahkan, menurut ath-Thabari, “Maksud orang-orang sebelum kita adalah kaum Nasrani. Sebab, mereka juga diwajibkan berpuasa Ramadhan. Mereka tidak boleh makan dan minum setelah tidur (dari waktu isya hingga waktu isya lagi), juga tidak boleh bergaul suami-istri. Tradisi Nasrani itu juga masih terus dilakukan oleh kaum Muslimin, termasuk oleh Abu Qais ibn Shirmah dan Umar ibn al-Khathab. Maka Allah pun membolehkan mereka makan, minum, bergaul suami-istri, hingga waktu fajar.”
Dengan kata lain, pada awal-awal pensyariatannya, waktu, praktik, dan tata cara puasa umat Islam tidak seperti yang kita lakukan sekarang, yaitu menahan segala yang membatalkan dari terbit fajar shadiq hingga terbenam matahari.
Benar seperti yang disinggung ath-Thabari, walau makan, minum, dan hubungan suami-istri pada malam hari diperbolehkan, tetapi dengan beberapa catatan, yaitu orang yang akan melakukannya belum tidur dengan niat berpuasa esok harinya dan juga belum shalat isya. Artinya, jika sudah tidur atau sudah shalat isya di malam hari, ia tidak boleh makan, minum, atau hubungan suami-istri di sisa malam tersebut, hingga menjalani ibadah puasa pada hari berikutnya dan berbuka pada waktu magrib. (Lihat: Tafsir ath-Thabari, Cetakan Muassasatur Risalah, 2000, juz III, halaman 487).
Ketentuan ini seperti yang ditunjukkan dalam riwayat al-Bara’ ibn ‘Azib. Ia menuturkan, “Jika salah seorang sahabat berpuasa dan datang waktu berbuka, namun ia belum berbuka karena tidur, maka ia tidak lagi boleh makan dan minum pada malam itu hingga siang hari berikutnya dan berbuka di sore hari,” (HR. al-Bukhari).
Ketentuan puasa yang diungkap hadits al-Bara’ ini tak pelak memberatkan para sahabat, sehingga banyak di antara mereka yang tak mampu menahan diri, dan akhirnya menjadi asbabun nuzul atau sebab turunnya ayat Al-Quran yang meringankan mereka makan, minum, berhubungan suami-istri pada malam hari, baik sebelum mereka tidur atau setelahnya, baik sebelum mereka shalat isya atau setelahnya.
Beberapa kejadian yang mengantarkan turunnya ayat dimaksud antara lain yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari ‘Abdullah ibn Ka‘b ibn Malik dari ayahnya. Malik mengisahkan, “Orang-orang di bulan Ramadhan, jika seseorang mereka berpuasa, kemudian di sore hari ia tidak sempat berbuka karena tidur, maka haram baginya makanan, minuman, dan bergaul dengan istri, hingga berbuka esok harinya.”
Disebutkan, pada suatu malam, Sayyidina ‘Umar ibn al-Khathab berada di tempat Rasulullah saw. serta pulang ke rumah cukup malam dan mendapati istrinya sudah terlelap tidur. Rupanya saat itu, Sayyidina ‘Umar ingin bergaul bersama istrinya. Namun, ditolak oleh istrinya, “Aku sudah tidur!” Ia berkata, “Kau sudah tidur?” Meski demikian, malam itu ia tetap bergaul dengan istrinya.
Keesokan paginya, Sayyidina ‘Umar kembali menemui Rasulullah saw. dan mengabarkan kejadiannnya semalam. Maka Allah menurunkan ayat:
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Artinya, “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa,” (QS. al-Baqarah [2] 187).
Riwayat lain menyebutkan menyebutkan bahwa Qais ibn Shirmah al-Anshari berpuasa. Pada saat berbuka, ia bertanya kepada istrinya, “Apakah kau punya makanan?” Istrinya menjawab, “Tidak! Tapi aku akan mencarikannya untukmu.” Rupanya, karena siang hari itu Qais ibn Shirmah lelah bekerja, matanya tak mampu menahan kantuk. Begitu pulang dan mendapati suaminya sudah tidur, istri Qais berkata, “Celakalah engkau!” Esoknya, Qais tetap berpuasa. Namun pada tengah hari, ia pingsan tak sadarkan diri. Kejadian itu pun disampaikan kepada Rasulullah saw.
Sejak itu, ditetapkanlah pensyariatan puasa dengan tata cara seperti sekarang ini, yakni menjauhi segala yang membatalkan, baik makan, mainum, maupun bergaul suami-istri, sejak terbit fajar shadiq hingga terbenam matahari. Sedangkan pada malam hari, semua itu diperbolehkan, tanpa ada syarat: setelah atau sebelum tidur, setelah atau sebelum shalat isya. (Lihat: Syekh Khalid ibn ‘Abdurrahman, ah-Shaumu Junnatun, juz I, halaman 27, Wallahu a’lam.
Demikian jawaban singkat kami mengenai puasa umat terdahulu dan tahapan pensyariatan ibadah puasa. Semoga dapat dipahami. Terima kasih.
dikutip dari mekenag.go.id
Kamis, 14 Maret 2024
SEMARANG BANJIR HARI INI SUNGAI BANJIR KANAL AIRNYA SAMPAI MELUAP
faktayabitegalnews.com 12 Maret 2024 Sudah menjadi langganan kalau hujan berkepanjangan Kota semarang hari ini di landa banjir hampir di semua daerah kota semarang, sejumlah sarana transportasipun lumpuh di tunda aktifitasnya , yang biasa terparah yaitu jalan Terboyo , kali gawe, Genuk dan sejumlah kawasan indurtri terboyo,sejumlah kecamatan yang tergenang banjir meliputi
2. Jl Raya Kaligawe (Palang Pintu Kereta Arah Timur)
3. Jl Padi Raya Genuk
4. Jl Gebang Anom Raya Genuk
5. Jl Woltermongensidi (SPBU Genuk)
6. Jl Dong Biru Genuk
7. Jl Sendang Indah Genuk
8. Jl Raya Tambak Dalam
9. Kawasan Industri Terboyo
10. Jl Raya Tlogosari (Puskesmas Tlogosari Kulon)
11. Jl Sido Asih Muktiharjo Kidul
12. Wilayah Wahyu Temurun Tlogosari
13. Wilayah Nogososro Tlogosari
14. Jl Raya Muktiharjo Raya
15. Jl Fatmawati Depan Swalayan Ada
16. Jl Arteri Soetta Depan Kampus USM
17. Jl Puspanjolo
18. Jl Imam Bonjol
19. Jl Abdurahman Saleh
20. Bundaran Bubaan
21. Aloon aloon Johar
22. IGD RS Karya di
23. Jl Pamularsih Raya
24. Wilayah Tanah Mas
25. Jl WR Supratman
26. Jl Gajah Raya
27. Jl Medoho Raya - Terowongan Medoho
28. Jl Dempel
29. Kawasan Kampus Udinus
30. Jl Raya Citarum
31. Jl Raya Dr Cipto (Depan RS Pantiwiloso)